Article Detail

PENGGUNAAN PENDEKATAN STUDENT CENTERED LEARNING

PENDAHULUAN

            Arimi (2013:3) mengungkapkan bahwa pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang memberikan makna bagi siswa dalam  kehidupan sehari-hari. Pembelajaran  IPS diharapkan mampu membentuk manusia yang kritis, kreatif, logis, dan berinisiatif dalam menghadapi berbagai tantangan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan berpikir kritis berawal dari rasa ingin tahu yang mendorong siswa untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan melalui langkah sistematis. Kemampuan ini merupakan dasar untuk mengembangkan pengetahuan siswa yang dinamis. Pengetahuan yang dinamis ini bermanfaat bagi siswa dan lingkungannya. Kemampuan siswa tersebut dapat diciptakan dengan adanya pembelajaran yang menumbuhkan minat belajar siswa.

            Walgito (2004:38) menyatakan bahwa minat adalah “suatu keadaan dimana seseorang memiliki perhatian yang besar terhadap objek yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari hingga akhirnya membuktikan lebih lanjut tentang objek tersebut”. Minat belajar adalah suatu ketertarikan dan keinginan seseorang untuk terlibat dalam proses perubahan tingkah laku dan membangun pengetahuan baru secara aktif tanpa adanya paksaan. Minat belajar tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya rasa senang, ketertarikan, keterlibatan, dan insiatif. Rasa senang, ketertarikan, keterlibatan, dan inisiatif terhadap pembelajaran IPS tersebut dapat mengembangkan pengetahuan yang membantu siswa untuk menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

            Pembelajaran IPS dalam kenyatannya belum mampu mengembangkan minat siswa. Minat belajar siswa yang belum optimal ini ditunjukkan dengan adanya anggapan bahwa materi IPS penuh dengan hafalan. Anggapan ini sesuai dengan pendapat Rusman (2011) yang menyatakan bahwa pembelajaran IPS masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan adalah fakta yang perlu dihafalkan. Pandangan ini mempengaruhi model kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS.

Pembelajaran IPS yang masih menggunakan paradigma lama menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar dan siswa hanya sekedar menerima pengetahuan yang ditransfer oleh guru. Siswa menjadi pasif untuk menerima pengetahuan. Siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan melalui proses konstruksi dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan siswa ini menjadi indikasi minat siswa yang belum optimal. juga belum mampu memenuhi kebutuhan siswa secara optimal.

Siswa membutuhkan kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang diperolehnya dari pengalaman bermakna sesuai dengan tahap perkembangan kognitif. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme Piaget (dalam Ormrod, 2009:41) yang menjelaskan bahwa “anak-anak mengkonstruksi keyakinan-keyakinan dan pemahaman-pemahaman mereka berdasarkan pengalaman”. Paradigma dalam dunia pendidikan mulai memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pengalamanannya. Paradigma tersebut sering dikenal sebagai konstruktivisme.  Student Centered Learning (SCL) merupakan salah satu pendekatan yang menganut pandangan konstruktivisme. Tulisan ini akan membahas mengenai penggunaan pendekatan Student Centered Learning (SCL) dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.

 

STUDENT CENTERED LEARNING (SCL)

Pembelajaran IPS sangat penting karena membantu siswa untuk membangun karakter kritis, kreatif, logis, dan berinisiatif dalam menghadapi berbagai tantangan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Karakter tersebut akan mendorong siswa untuk membangun pengetahuan yang dinamis. Pengetahuan yang dinamis tersebut sangat diperlukan oleh siswa agar mampu menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan siswa untuk membangun pengetahuan dapat dilihat dari prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (dalam Sunarto 2009) menjelaskan mengenai pengertian prestasi belajar sebagai bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.

Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti yang diungkapkan oleh Syah (2001:132) yaitu faktor internal, eksternal, dan pendekatan belajar. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa seperti bakat, kecerdasan, minat, dan motivasi. Faktor eksternal berasal dari luar diri siswa. Faktor eksternal meliputi kualitas guru dalam penguasaan materi, metode yang digunakan dalam mengajar, fasilitas mengajar, lingkungan yang mendukung, dan sebagainya.  Faktor pendekatan belajar merupakan suatu upaya belajar siswa yang menggunakan strategi dan metode belajar. Minat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi upaya siswa untuk membangun pengetahuan yang dinamis. Minat belajar siswa dapat mendorong siswa untuk mencari tahu dan menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu, pembelajaran IPS perlu diciptakan dengan adanya kegiatan yang menumbuhkan minat belajar.

Slameto (dalam Djaali, 2007:121) menjelaskan bahwa minat belajar dipengaruhi oleh adanya kebutuhan dan kepuasan. Jika kebutuhan dan kepuasan  terpenuhi, maka muncul minat. Pendapat ini diperkuat oleh Djamarah (2011:192) yang menyatakan bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat siswa adalah memahami kebutuhannya dan melayani kebutuhan tersebut.  Skinner (dalam Kusumah 2009:272) juga mengungkapkan bahwa untuk mempengaruhi minat siswa, maka guru perlu mengubah proses pembelajaran menjadi lebih menggairahkan.

Cara yang dilakukan untuk membuat proses pembelajaran bergairah adalah menciptakan suasana baru dalam belajar. Suasana baru tersebut dapat diciptakan dengan menggunakan pendekatan dalam pembelajaran yang mampu memenuhi kebutuhan siswa. Jadi, minat dapat ditingkatkan dengan memahami dan memenuhi kebutuhan siswa, memberikan kesempatan dan kebebasan kepada siswa untuk bereksplorasi dan berfikir kreatif, serta mengubah proses pembelajaran menjadi lebih menggairahkan dengan menerapkan pendekatan belajar yang mengaktifkan siswa.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Student Centered Learning (SCL) merupakan kegiatan membangun pengetahuan melalui metode yang mengaktifkan siswa. McCombs & Miller (dalam Jacobsen, 2009:227) mengungkapkan bahwa pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning) menggambarkan pembelajaran yang difasilitasi guru dibandingkan dengan pembelajaran langsung.  Guru bukan lagi pusat pembelajaran dan satu-satunya sumber ilmu.

Attard (2010:2) mengungkapkan bahwa :

“SCL is broadly based on constructivism as a theory of learning, which is built on the idea that learners must construct and reconstruct knowledge in order to learn effectively, with learning being most effective when, as part of an activity, the learner experiences constructing a meaningful product.”

Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa SCL mengacu pada konstruktivisme sebagai teori belajar yang menekankan siswa untuk mengkonstruksi dan merekonstruksi pengetahuan melalui pembelajaran yang efektif sebagai bagian dari aktivitas dan pengalaman bermakna. Pendapat ini mendukung pendapat Pongtuluran (2011:6) yang menjelaskan bahwa SCLadalah pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Guru berperan sebagai fasilitator yang memberikan bimbingan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya secara aktif melalui pengalaman belajar. Guru adalah sebagai seorang pendamping yang mendampingi siswa dalam menemukan sendiri tujuan pembelajaran.

SCL juga menekankan pada minat, kebutuhan, dan kemampuan individu. Minat siswa menjadi salah satu komponen yang ditekankan dalam SCL. Oleh karena itu, SCLdapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan minat. Cornelius-White (dalam Jacobsen, 2009:228) menjelaskan pembelajaran yang berpusat pada siswa memiliki tujuan yang mencakup pengembangan proses-proses kemampuan dalam komunikasi, pengembangan pemahaman yang mendalam tentang topik, dan pengembangan kemampuan pemecahan masalah. 

Priyatmojo (2010:7) menjelaskan bahwa karakteristik SCLadalah (1) pembelajar dewasa yang aktif (mentally not physically), interaktif, mandiri, bertanggung jawab atas pembelajarannya, mampu belajar beyond the classroom, dan memiliki jiwa pembelajar sepanjang hayat; (2) adanya keleluasaan bagi siswa untuk mengembangkan segenap potensinya, mengeksplorasi dan mentransformasi ilmu pengetahuan; (3) pembelajaran yang bersifat kolaboratif, kooperatif, dan kontekstual; (4) alih fungsi guru dari sumber utama ilmu pengetahuan menjadi fasilitator.

Jacobsen (2009:228) menjelaskan bahwa pembelajaran yang berpusat pada siswa memiliki 3 karakterisitik, yaitu: (1) siswa berada dalam pusat proses pembelajaran; (2) guru memandu siswa; dan (3) mengajar untuk pemahaman yang mendalam. Guru memandu siswa dengan tujuan agar siswa  bertanggungjawab terhadap pembelajaran mereka sendiri melalui kegiatan penugasan. Guru mengajar untuk pemahaman yang mendalam dengan cara memberikan penekanan yang mendalam tentang konten dan proses-proses yang terlibat di dalamnya. Pemahaman tersebut juga melibatkan proses-proses yang banyak menuntut pemikiran, seperti menjelaskan, menemukan bukti, penilaian, memberikan contoh, generalisasi, dan menghubungkan bagian-bagian dengan keseluruhannya.

SCL memiliki karakteristik siswa sebagai pusat belajar. Pembelajaran SCL ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam membangun pengetahuannya. Kebutuhan siswa yang dapat terpenuhi melalui pembelajaran yang menerapkan SCL akan membantu siswa untuk meningkatkan minat belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (2011:192) yang menyatakan bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat siswa adalah memahami kebutuhannya dan melayani kebutuhan tersebut. Siswa membutuhkan kesempatan untuk membangun pengetahuannya dengan mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya melalui pengalaman. Kesempatan tersebut dapat diperoleh siswa melalui kegiatan yang menerapkan SCL. Jadi, SCL dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS.

 

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Student Centered Learning dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS karena kebutuhan siswa dalam membangun pengetahuan dapat terpenuhi dalam proses pembelajaran yang menerapkan SCL. Kebutuhan siswa tersebut adalah kesempatan untuk membangun pengetahuan secara aktif melalui upaya mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki.  

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment