Article Detail
Seminar Bakat dan Minat Anak: Dapatkah Dikenali Sejak Dini?
Seminar Bakat dan Minat Anak diselenggarakan, pada hari Sabtu 4 Februari dalam rangka "open house" SD Tarakanita 3 mengundang pembicara DR. Lucia Retno M. Royanto, MSi, MSpEd, Psikolog.
Seminar ini dimoderatori oleh Ibu Anik Tundjung. Seminar dimulai dengan paparan presentasi mengenai perkembangan anak pada setiap tingkat usianya. Usia 7-12 tahun adalah usia transformasi dimana kognitif, sosial, emosional dan fisik berkembang (usia 1-14 tahun juga disebut masa pertumbuhan). Berbagai potensi di usia ini akan semakin terasah oleh stimulasi dan pengaruh lingkungan (teman, film, orangtua).
Setiap anak adalah UNIK sehingga sangat penting menemukan minatnya, kemudian memupuk dan mengembangkannya. Pengembangan kemampuan anak sangat penting untuk menjadi dasar menghadapi masa remaja dan dewasanya. Usia 13-18 ( usia 15-24 juga disebut masa explorasi) adalah masa untuk mengerucutkan pilihan karirnya.
Ketika ditanya pada beberapa orangtua, sebagian besar mengetahui minat anak. Misal: main bola (kinestetik), musik, naturalistik (suka mengumpulkan batu-batuan, daun dsb), banyak bicara, berdebat (interpersonal), menulis (verbal linguistik), memikirkan sebab akibat secara dalam (logika matematik).
3 hal yang penting dilakukan orangtua untuk pengembangan anak:
1. Dorong anak untuk bergerak dan mencoba berbagai hal. Tapi tidak berarti membiarkan namun disertai tanggungjawab dalam menjalankan pilihannya.
2. Perkuat daya analisa anak ketika menghadapi suatu situasi dengan mengajak diskusi, tidak dengan menakut-nakuti.
3. Bekali dengan kepercayaan diri sehingga anak berani mengekspresikan dan tampil di muka umum.
Seminar dilanjutkan dengan 3 sesi tanya jawab pada setiap sesi 3 terdapat penanya.
Pertanyaan seputar bagaimana mengenali minat seorang anak, menghadapi anak yang terus berganti pilihan, kegunaan metode "sidik jari", anak yang terlalu banyak bicara dan juga bagaimana memperbaiki relasi yang terlanjur "tidak baik" karena terlalu keras pada anak.
Sebaiknya tidak menggunakan kata "jangan", ganti dengan,"kamu boleh melakukan hal itu, asalkan tahu akibat...".
Orangtua saat ini seringkali memaksakan keinginannya, mengikuti berbagai les. Cara mengetahui apakah segala paksaan itu berarti atau tidak bisa dengan cara melihat bagaimana prestasi anak pada bidang tersebut.
DR. Lucia menuturkan menjadi orangtua adalah proses "trial & error". Ajak anak bicara untuk memperbaiki relasi. Model sekolah Tarakanita 3 memang model yang masih konvensional yang menuntut anak untuk tenang, sementara jaman berubah. Sehingga orangtua, anak dan sekolah harus bekerjasama untuk terus memperbaiki metode pendidikan.
Seminar ditutup dengan pementasan "Story Telling" oleh seorang anak yang berbakat Andrea Shera Renjani dari Kelas VII.
-
there are no comments yet